Rabu, 18 Juni 2014

Bojong Desa Klapagading Kulon sentra Budidaya Pepaya Kalina/Kalifornia


Pepaya Kalifornia atau Kalina banyak di jumpai di pasar tradisional sampai pasar modern, dengan ukuran dan  harga yang relatif murah . Manisnya yang khas ternyata banyak disukai dan dikonsunsi oleh banyak kalangan masyarakat
Salah satu sentra Petani Pepaya Kalifornia yang adalah di Dusun Bojong Desa Klapagading Kulon Kecamatan Wangon.




Bobotnya yang super dan rasanya yang manis membuat pepaya calina juga potensi meningkatkan kesejahteraan mereka yang membudidayakannya. Omzet penjualan pepaya ini bahkan bisa mencapai puluhan juta rupiah, lebih banyak daripada pepaya lainnya.

ASAL USUL KALINA/KALIFORNIA
Pepaya Calina. Begitulah biasanya para petani menyebutnya. Sebenarnya bukan varietas baru di kalangan para petani atau pembudidaya pepaya. Pepaya Calina merupakan sebutan lain pepaya California.
Tapi jangan terkecoh dengan nama. Meski bernama California yang merupakan nama negara bagian di Amerika Serikat, pepaya ini merupakan hasil pengembangan bibit pepaya lokal oleh ilmuwan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pepaya callina yang merupakan buah lokal asli Indonesia tersebut, kini banyak ditanam para petani di berbagai daerah karena berbagai keunggulannya dan tingginya permintaan pasar.

Pepaya berukuran kecil dengan bobot rata-rata 1,3 kg per buah ini banyak dijual di supermarket-supermarket besar, dilabel dengan nama "pepaya california".


"Yang menamakan itu pepaya california bukan kami, tapi pedagangnya. Padahal itu adalah pepaya callina hasil pemuliaan yang kami lakukan bertahun-tahun," kata Prof Sriani, kepala Divisi Pemuliaan Tanaman, Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB.

"Terus terang saya sedih dan sakit hati dengan pengubahan nama tersebut, tapi kami tidak mungkin mengajukan tuntutan hukum karena nama buah ini tidak dipatenkan," katanya 



"Namun secara etika, seharusnya pengusaha tidak mengganti nama buah tersebut meskipun alasannya agar menarik pembeli," kata wanita kelahiran Ponorogo, Jatim, 28 Oktober 1955 itu.

Kalangan petani sendiri masih menyebutnya pepaya callina, tapi kemudian oleh pengusaha yang membeli diberi label sebagai pepaya california, sehingga seolah-olah itu pepaya asli dari Amerika Serikat.

Demikian juga dengan pepaya carisya temuan Prof Sriani dkk di PKBT IPB, setelah di supermarket namanya berubah menjadi pepaya havana.

Namun terlepas dari soal nama tadi, ada hal yang membuat hati Prof Sriani senang, karena itu menunjukkan bahwa hasil kerja keras dan penelitiannya telah berhasil memberi manfaat kepada para petani, dan membuktikan bahwa sebenarnya buah lokal tidak kalah dengan buah impor yang saat ini membanjiri pasar Indonesia.

"Lebih senang lagi jika mendengar laporan dari petani bahwa mereka berhasil mengembangkan pepaya callina ini di daerahnya, dan mendapat keuntungan yang lumayan," katanya.


Prof Sriani Sujiprihati, pakar Genetik dan Pemuliaan Tanaman IPB telah meninggal dunia pada 6 September 2011 pukul 13.30 WIB,"
bersuamikan Enizar ini mendapatkan sejumlah penghargaan dari berbagai pihak. Antara lain penghargaan Rektor IPB, penghargaan Riset Unggulan Strategi Nasional (Rusnas Award 2004) dari Kementerian Riset dan Teknologi, Satyalencana Karyasatya dari Presiden RI tahun 2006, Penghargaan Kepedulian dan Penegakan HaKI dari Presiden RI tahun 2007, Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa tahun 2009, dan tahun 2010 ia mendapat penghargaan dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Sriani juga pernah mendapat penghargaan sebagai Dosen Berprestasi IPB dan juga Dosen Berprestasi Tingkat Nasional pada tahun 2006. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar